Tidak banyak yang menyadari keberadaan Stasiun Kampung Bandan di Jakarta Utara. Selain karena wilayah ini kerap dilanda banjir, juga tertutup oleh megahnya
pusat perbelajaan yang mengitarinya, seperti WTC Mangga Dua, Harco, dan lain sebagainya. Bahkan pintu masuk sebelah Utara menuju Ancol kini ditutup.
Padahal, sejarah mencatat Stasiun Kampung Bandan adalah stasiun kereta barang pertama di Indonesia. Selain itu, stasiun yang berada di perbatasan Kelurahan Ancol (Jakarta Utara) dan Kelurahan Mangga Dua Selatan (Jakarta Pusat) ini, satu-satunya stasiun KA di Indonesia yang memiliki jalur atas dan juga jalur bawah. Jalur di bawah menuju Pasar Senen, sementara jalur atas menuju Ancol.
Kampung Bandan
Penyebutan istilah Kampung Bandan memiliki sejarah tersendiri. Berdasarkan Buku Asal Susul Nama Tempat di Jakarta terbitan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman
tahun 2004, ada tiga kemungkinan asal muasal mengapa kawasan ini disebut Kampung Bandan. Pertama, kampung yang berlokasi di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa ini diperkirakan berasal dari kata Banda, pulau di Maluku.
Ditengarai ada sekumpulan masyarakat Banda, di zaman Batavia, yang menghuni kawasan ini. Penyebutan ini disebut lazim mengingat kasus lain punya kemiripan seperti penyebutan nama kampung China sebagai Pecinan, nama tempat memungut pajak atau cukai (bea) disebut Pabean, dan Pekojan sebagai perkampungan orang Koja (Arab).
Banda juga bisa berasal dari kata Banda dalam bahasa Jawa yang berarti ikatan - dibanda (diikat). Ini dihubungkan dengan peristiwa yang sering dilihat oleh warga
pada zaman pendudukan Jepang. ketika itu Jepang sering membawa pemberontak dengan tangan terikat melewati kampung ini untuk dieksekusi di Ancol.
Kemungkinan ketiga adalah bahwa Banda merupakan pengucapan dari kata pandan. Pasalnya di masa lalu kampung ini dipenuhi pohon pandan sehingga warga menyebut
Kampung Pandan – kemudian menjadi bandan.
Menurut penuturan Isa Ansyori, Kepala Seksi Koleksi Museum Sejarah Jakarta, kampung ini merupakan penampungan budak dari Pulau Banda, Maluku, ketika JP
Coen menaklukkan pulau itu pada 1621. Pembantaian besar-besaran dilakukan Coen, mereka yang selamat diboyong ke Batavia.
Sampai tahun 1633 budak-budak di Kampung Bandan masih dirantai. Pada tahun 1682 budak-budak di Kampung Bandan pernah memberontak melawan VOC di
Marunda. Namun, apalah artinya pemberontakan mereka melawan VOC yang saat itu sudah mempunyai persenjataan lengkap. Konsekuensi dari pemberontakan yang gagal itu, sebagian budak Kampung Bandan dikirim ke Srilanka yang juga menjadi
daerah kekuasaan Belanda.
Masjid Tua
Ketika era perbudakan berakhir, para eks budak tetap tinggal di Kampung Bandan. Rumah-rumah mereka berbentuk gubuk yang terbuat dari bambu, tikar, dan jerami.
Untuk hidup sehari-hari, mereka bekerja sebagai nelayan, petani, dan ada juga yang menjadi serdadu VOC.
Setelah periode perbudakan usai, tawanan tadi dipekerjakan di Pasar Ikan. Pasalnya, kawasan kampung dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa, yang otomatis dekat
dengan Pasar Ikan. Mereka tetap mendiami kampung tersebut, tumbuh berkembang dan beranak pinak. Di kawasan itu akhirnya dibangun pula jalur kereta api, yaitu ketika
Pelabuhan Tanjung Priok (baru) dibangun. Jalur kereta api itu untuk menghubungkan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Tanjung Priok. Stasiun Kampung Bandan, inilah yang masih tersisa dari cerita ketika Jakarta masih bernama Batavia.
Selain stasiun sebuah masjid tua yang dibangun akhir abad XVIII, Masjid Kampung Bandan, juga masih berdiri dengan pemandangan jalan tol ke arah bandara. Di antara kekumuhan, kondisi tak sehat, kotor, berantakan, kawasan ini tetap layak menjadi tujuan wisata karena menyisakan stasiun dan masjid dari abad 19. Kampung Bandan dalam peta kawasan Kota Tua sesuai dengan Peraturan Gubernur No 34 tahun 2006 adalah batas bagian Timur. Jadi tempat ini pun masuk dalam program revitalisasi Kota Tua.
Sampai sekarang Stasiun Kampung Bandan masih berfungsi sebagai stasiun kereta barang yang melayani jurusan Jakarta-Surabaya. Dari stasiun itu, setiap hari sedikitnya 50 gerbong diberangkatkan ke Surabaya.
Semoga bermanfaat, Tetap Semangat! | Catatan Harian
No comments:
Post a Comment