Saya percaya bahwa marka jalan yang baik akan meningkatkan estetika lingkungan di sekitar jalan tersebut. Marka jalan yang rapi jauh lebih nyaman dipandang dan menghilangkan kesan kumuh dan semrawut meskipun bangunan di pinggir jalan tersebut tergolong kumuh. Hanya saja, marka jalan di Indonesia cenderung asal buat dan dengan kualitas yang sangat rendah sehingga menambah kesemrawutan jalanan. Sepertinya belum ada standarisasi marka jalan sehingga setiap pemerintah daerah membuat marka jalan sesuai “kreativitas” masing-masing. Bisa dilihat beberapa contoh penataan marka jalan yang baik sehingga meningkatkan estetika daerah tersebut.
Jepang merupakan salah satu negara idaman saya dalam hal marka jalan. Anda bisa mejelajahinya di Google Street View. Marka jalan disana sangat terencana dan teratur. Bisa dikatakan semua negara maju memiliki marka jalan yang bagus.
Yang mengejutkan, negara tetangga kita Malaysia memiliki marka jalan yang sangat teratur bahkan hingga pelosok-pelosok kota kecil. Anda bisa melihatnya melalui Google Street View. Meskipun merupakan negara berkembang, pemerintah Malaysia sangat perhatian masalah marka jalan. Tidak ada marka jalan yang asal buat disana. Meskipun kesadaran masyarakatnya untuk tertib berlalu lintas masih kurang. Tentu saja ada yang kurang bagus, tetapi lebih sulit menemukan marka jalan Malaysia yang tidak bagus dibandingkan menemukan marka jalan Indonesia yang bagus.
Gambar di atas di Singapura? Bukan! Itu Surabaya! Saya sangat kagum dengan penataan kota di Surabaya berikut marka jalannya. Sangat rapi, teratur, dan terencana. Meskipun masih banyak kekurangan dibandingkan Malaysia, namun marka jalan Surabaya sudah merupakan yang terbaik di Indonesia.
Bagaimana dengan Indonesia?
Jalan paving = tidak perlu marka jalan. Update September 2019: Belum lama setelah artikel ini dipublikasikan, Jalan Gajah Mada Denpasar yang berpaving tanpa marka jalan akhirnya dibuatkan marka jalan! Saya tidak peduli itu memang inisiatif pemerintah atau karena artikel ini, saya apresiasi! |
Marka lajur terlalu lebar. |
Bottleneck yang hampir setiap hari terjadi di Kuta, Bali. Tampak mobil-mobil berebut masuk ke jembatan sempit. |
Kondisi bottleneck tersebut di lapangan. Tampak marka lajur yang seharusnya untuk satu baris mobil malah diserobot 2 mobil. Bisa dilihat juga marka jalannya yang sangat tidak sesuai untuk Kuta sebagai daerah pariwisata. |
Sementara marka jalan di sebuah kota kecil di Malaysia yang bisa dikatakan tidak ada wisatawan asing masih tetap rapi dan teratur. |
Bahkan ketika ada proyek pun masih diupayakan marka jalannya. Dan ini bukan jalan tol. Ini merupakan proyek fly over di jalan raya sekelas by pass di Kinabalu, Malaysia. |
Bandingkan dengan di Indonesia. Masih di salah satu jalan utama Bali yang merupakan kawasan pariwisata tidak seperti Kinabalu. |
Di Indonesia, sangat susah menemukan marka jalan yang teratur, terutama yang dibuat oleh pemerintah daerah. Anda bisa cari tahu sendiri melalui Google Street View. Beberapa masalah utama adalah marka jalur yang terlalu lebar, sering bottle neck, bahkan marka jalan memudar. Pola pikir pemerintah masih berpaku pada yang penting jalan lebar tanpa memikirkan estetika. Satu marka lajur saja bisa untuk 2 mobil, bahkan 3 mobil sehingga tampak sangat tidak teratur. Pemerintah cenderung lebih suka membuat trotoar dengan lebar fix ketimbang lebar lajur jalan yang fix. Dan bahkan ketika jalan dipavingisasi, maka dianggap tidak perlu marka jalan. Padahal di Malaysia saja, jalanan paving pun diberi marka jalan seperti di Putrajaya. Sepertinya pemerintah pusat perlu aturan baku mengenai marka jalan dan perlu adanya ketegasan. Karena kondisi jalan di Indonesia sudah sangat tidak estetik bahkan di kawasan pariwisata seperti Bali. Selain estetika, saya juga percaya tingkat kemacetan dan kecelakaan dapat ditekan hanya dengan memperbaiki marka jalan.
Saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan Indonesia atau Bali dan mengagung-agungkan Malaysia. Saya hanya ingin Indonesia yang lebih baik, setidaknya melalui marka jalan. Karena perlu disadari bersama bahwa Malaysia sudah jauh meninggalkan Indonesia di segala aspek.
No comments:
Post a Comment