Mengapa Orang Kaya Makin Kaya dan Orang Miskin Makin Miskin?

Banyak orang mengeluh, kenapa orang kaya makin kaya dan orang miskin hidupnya makin susah. Setidaknya ketika kita melihat data yang menunjukkan porsi kekayaan dunia yang dimiliki 0,01%, 1%, dan 10% orang terkaya di dunia semakin besar. 99% orang di dunia merebut kurang dari 50% kekayaan dunia. Mengapa demikian? Dan apakah hal tersebut berdampak buruk pada dunia di masa depan?

Uang

Jika Anda terobsesi setelah melihat tumpukan uang ini, bahkan terus membayangkan jika punya banyak uang seperti di atas. Maka Anda belum siap kaya.

1. Kemiskinan

Dalam jangka pendek, hal tersebut memang buruk. Jumlah penduduk yang makin besar dengan porsi kekayaan dunia yang semakin sedikit membuat banyak orang hidup di bawah garis kemiskinan. Banyak masalah yang akan terus terjadi dan kemungkinan masalah tersebut akan berputar-putar. Kemiskinan membuat orang-orang tidak mampu bersekolah yang hanya akan membuat mereka miskin lagi. Belum lagi masalah kesehatan dan keterdesakan yang akhirnya muncul kriminalitas. Sehingga orang-orang ini butuh bantuan pemerintah tidak hanya dalam bentuk subsidi, tetapi pendidikan dan kesehatan. Mereka juga semestinya diberikan tempat tinggal yang layak.

Meningkatkan kesejahteraan orang miskin memang tidak mudah, setidaknya pemerintah bisa membantu menyekolahkan anak-anaknya agar bisa mendapat pekerjaan yang lebih layak. Sementara untuk mengurangi beban hidup yang bertambah akibat anaknya tidak bekerja untuk sekolah, pemerintah semestinya memberi bantuan berupa subsidi. Baik subsidi kesehatan, pangan, dan tempat tinggal. Pemerintah juga memberikan pelatihan kepada mereka yang sebelumnya hanya menjadi pengemis atau pemulung sehingga mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

2. Middle Income Trap

Jika kita lihat dari sudut pandang orang berpenghasilan menengah, yakni orang yang sudah berpendidikan dan mendapatkan penghasilan setidaknya UMR, terdapat beberapa masalah yang menjebak mereka ke middle income trap. Middle income trap tidak hanya dialami oleh negara berkembang, tetapi individu berpenghasilan menengah pun bisa mengalaminya. Lebih mudah meningkatkan taraf hidup dari miskin menjadi penghasilan menengah daripada dari penghasilan menengah ke penghasilan tinggi. Jika kita meningkatkan UMR untuk meningkatkan gaji mereka, meskipun mereka layak mendapatkan itu, harga barang akan mengalami inflasi yang membuat kenaikan gaji menjadi tidak berguna, bahkan makin berkurang daya belinya. Orang miskin pun semakin menderita karena kenaikan harga barang yang bahkan belum mampu mereka capai.

Gaya hidup orang berpenghasilan menengah umumnya melebihi kemampuan mereka, terutama pada anak muda yang baru saja bekerja. Akibatnya hutang menumpuk atau tidak ada kesempatan untuk berinvestasi. Padahal itu sangat penting untuk meningkatkan taraf hidup mereka di masa depan. Hidup menjadi hanya gali lubang tutup lubang. Mereka hanya mengandalkan gaji. Meskipun ada yang sampai jutaan rupiah per bulan, mereka yang punya pola pikir salah cenderung menghabiskan uangnya untuk membeli kebutuhan tersier dan primer. Inilah akar permasalahan mengapa mereka cenderung terus terjebak dalam jebakan penghasilan menengah.

Padahal jika bangsa ini gemar membaca, kita bisa tahu apa saja yang dilakukan agar berhasil dan membuka pikiran kita akan dunia ini. Sangat disayangkan Indonesia menempati peringkat bawah dalam hal membaca. Yang suka membaca pun kebanyakan hanya membaca buku fiksi. Padahal dengan membaca, kita bisa tahu bagaimana mengelola keuangan, mendapatkan keterampilan baru, dan mendapatkan pola pikir baru. Pola pikir ini penting karena hebatnya kita bisa mengubah hidup kita hanya dengan mengubah pola pikir terlebih dahulu.

Ada juga pola pikir bahwa mereka yang kaya adalah orang yang kikir, pelit, dan berdosa. Mereka akan masuk neraka di akhirat. Lebih baik membantu mereka yang miskin katanya. Akan tetapi, bagaimana cara membantu orang miskin sementara diri sendiri belum tertolong? Padahal jika kita rubah pola pikir itu sedikit menjadi “semakin kaya, maka semakin banyak kesempatan untuk beramal.” Ah, mungkin ini efek kebanyakan menonton sinetron yang terus mencitrakan orang kaya sebagai orang yang jahat dan pelit.

3. Mereka yang Kaya

Mereka yang kaya sesungguhnya bukan orang jahat, tapi ada beberapa pengecualian. Untuk mengetahui mengapa mereka kaya, kita harus tahu dari mana asal kekayaan mereka. Banyak orang yang berpikir bahwa orang kaya itu punya banyak uang. Angka digit saldo rekeningnya melebihi batas, atau bahkan punya banyak brangkas di rumahnya. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Kekayaan mereka dihitung dari aset yang mereka miliki. Aset itu termasuk properti, kendaraan, kepemilikan saham di perusahaan yang ia dirikan atau ia beli, emas, dan surat berharga lainnya.

Dari sana kita bisa melihat perbedaan pola pikir orang kaya dan orang miskin. Orang kaya sibuk mengejar aset, sedangkan orang miskin dan menengah kebanyakan hanya sibuk mengejar liabilitas seperti ponsel pintar terkini, motor baru, dan pakaian bermerek. Orang seperti itu mengejar pengakuan kekayaan, bukan kekayaan yang sesungguhnya. Mereka merasa diri mereka kaya ketika punya iPhone keluaran terbaru, motor bergengsi keluaran terbaru, dan pakaian mahal. Tidak ada salahnya memiliki hal tersebut, tetapi hendaknya sesuai kebutuhan dan kemampuan. Sisa uang sebaiknya di investasikan. Saya tidak mau menjelaskan investasi panjang lebar disini, carilah buku mengenai investasi dan bacalah.

Selain itu, orang kaya juga membantu orang lain. Tidak hanya dalam bentuk bantuan langsung kepada orang miskin, tetapi juga dalam bentuk lapangan pekerjaan dari usaha yang ia miliki. Ia juga kerap berinvestasi pada perusahaan rintisan yang baru berdiri, yang berarti ikut membantu memajukan usaha para rintisan. Selain itu, ia juga berinvestasi pada obligasi pemerintah atau membeli saham/obligasi perusahaan, yang berarti mereka membantu pemerintah membangun negeri dan membantu perusahaan lain agar bertumbuh dan memberi lapangan pekerjaan yang lebih banyak lagi. Ia punya cukup banyak saldo di rekening, yang berarti membantu perbankan memberi pinjaman bagi UMKM atau bagi mereka yang terobsesi dengan motor baru sehingga harus mencicil.

Ketika orang kaya meninggal, ia akan mewarisi kekayaannya kepada anak-anaknya atau beberapa diantara mereka bahkan mewariskan hanya sedikit dan memberikan asetnya kepada badan amal. Sehingga kekayaan mereka tidak abadi dan sedikit demi sedikit akan terbagi rata. Bill Gates saat ini hanya memiliki sekitar 1% saham Microsoft dan tetap menjadi salah satu orang terkaya di dunia karena ia pandai mengelola kekayaan dari perusahaan yang ia bangun. Jangan selalu berkonspirasi bahwa orang-orang kaya di masa lalu seperti Rothschild dan Rockefeller masih bergentayangan di dunia ini untuk mengatur dunia.

Tetapi tidak semua orang kaya sebaik itu. Ada juga orang kaya yang jahat dengan cara menyimpan uangnya di brankas (tapi sangat sedikit sekali orang kaya yang seperti itu, bahkan sudah tidak ada lagi). Atau yang paling licik, menyimpan uang mereka di luar negeri untuk menghindari pajak dalam negeri. Hal ini yang sedang diperangi pemerintah karena orang kaya seperti itu tidak mau berkontribusi kepada negara. Ada juga orang kaya yang memiliki perusahaan yang tidak mensejahterakan karyawannya atau melakukan monopoli yang sangat merugikan, ini juga sedang berusaha diperangi pemerintah.

Negara Selalu Memberi Kesempatan

Beruntung bahwa negara kita, Indonesia, memberi kesempatan seluas-luasnya untuk mereka yang ingin meningkatkan taraf hidupnya. Indonesia telah memiliki hal-hal dasar yang mendukung itu, seperti kesempatan yang sama, sektor keuangan yang mulai inklusif, keamanan yang cukup terjamin, fasilitas kesehatan dan pendidikan yang cukup, infrastruktur yang cukup memadai, dan masih banyak lagi. Bagi mereka yang gemar membaca tetapi tidak punya uang untuk membeli buku, perpustakaan dengan buku berkualitas sudah tersebar luar di setiap provinsi, kabupaten, bahkan sekolah dan universitas. Manfaatkan perpustakaan tersebut dengan maksimal. Meskipun masih banyak yang perlu dibenahi, setidaknya semua hal-hal mendasar itu telah memberi kita kesempatan jika kita mau mencoba dan tahu caranya.

No comments:

Post a Comment