Kita memang seringkali berbuat salah. Entah apa penyebabnya. Apakah itu karena hati yang gundah, pengetahuan dan pengalaman yang kurang, atau bahkan karena kita iseng berbuat salah. Dan setiap kali kita berbuat salah pasti akan mendapat teguran atau disini saya sebut dengan nasehat. Nasehat itu ada yang bertujuan baik yaitu untuk membangun karakter kita supaya menjadi lebih baik ada juga yang bertujuan untuk menghancurkan kita. Lantas, bagaimana cara membedakan mana nasehat baik dan mana nasehat buruk? Dan bagaimana cara mengelola nasehat yang membuat kita menjadi pribadi yang lebih hebat dan lebih benar? Langsung saja kita simak selengkapnya.....
Nasehat baik itu biasanya seperti obat, pahit rasanya -dalam kenyataan sama artinya dengan 'menyakitkan'-. Tapi karena obat itu menyembuhkan, maka nasehat baik juga bersifat demikian. Yaitu bertujuan 'menyembuhkan' kita dari perbuatan/kebiasaan buruk kita.
Obat itu harus dirasakan sedikit dan segera ditelan supaya tidak tambah pahit. Berarti nasehat baik itu sebaiknya dipertimbangkan sedikit dan langsung dilaksanakan supaya kita tidak terlalu merasa bersalah dan rasa sakit yang kita alami akan semakin ringan.
Nasehat baik itu biasanya seperti obat, pahit rasanya tapi menyembuhkan
Obat jangan langsung dimuntahkan. Sama seperti nasehat, kita jangan langsung menjauhi orang yang memberi nasehat tersebut atau mendengarkannya tetapi langsung dilupakan begitu saja. Dengarkanlah dan pahami apa nasehat yang diberikannya. Itu akan membuat yang menasehati anda merasa dihargai dan anda semakin menjadi pribadi yang lebih benar dan hati-hati.
Obat tidak selalu pahit, pasti ada yang manis seperti suplemen vitamin C. Tapi setidaknya anda tahu apa kebaikan vitamin C itu. Tidak semua nasehat yang tidak menyakitkan hati itu bersifat buruk, ada juga yang bersifat menyembuhkan. Pertimbangan baik buruknya tujuan nasehat itu bergantung kepada pemikiran, pengetahuan, dan pemahaman anda pada nasehat itu.
Obat itu tidak boleh diminum saat kita sehat. Berarti nasehat baik itu tidak boleh diberikan saat kita sedang senang. Itu malah akan membuat kita sakit. Sebaiknya nasehat itu diberikan saat kita merasa bersalah dan menyesal. Atau jika perlu, kita meminta nasehat baik itu. Salah satunya dari orangtua.
Jadi, nasehat baik itu sifatnya seperti obat yang kadang pahit, kadang manis. Tapi yang penting sifatnya menyembuhkan. Anda pasti tahu mana yang namanya nasehat yang tujuannya baik dan sebaliknya.
Sebaiknya nasehat itu diberikan saat kita merasa bersalah dan menyesal. Atau jika perlu, kita meminta nasehat baik itu. Salah satunya dari orangtua.
Nasehat yang bertujuan buruk itu bersifat seperti permen yang manis. Tapi jika terus menerus dikonsumsi akan membahayakan kesehatan kita. Seperti ajakan buruk untuk menyalahgunakan narkoba. Mereka pasti mengatakan yang baik-baik kepada kita padahal kita akan terjerumus dalam pergaulan yang buruk. Juga ajakan untuk mengikuti bisnis yang bersifat menipu yaitu bisnis yang menjanjikan keuntungan yang sangat besar dengan cara yang sangat mudah. Coba anda pikirkan. Mana ada usaha di jaman sekarang yang hanya membutuhkan usaha sedikit bahkan tidak melakukan apa-apa. Semua butuh kerja keras. Namanya aja usaha, yaa harus berusaha. Kecuali jika anda memiliki uang 100 triliyun Rupiah dan anda tabung di bank(itupun kalau banknya ngasi). Oh ya maaf, yang menabung tadi itu namanya investasi, bukan usaha.
Nasehat yang bertujuan buruk itu bersifat seperti permen yang manis.
Permen yang manis itu dihisap/dikunyah dulu baru sampai ke perut kita dan itu sering dilakukan oleh anak-anak yang pengetahuannya akan kesehatan masih sangat kurang. Sama seperti nasehat yang terlihat baik tapi sebenarnya bertujuan buruk. Kebanyakan dari kita seringkali mendengar nasehat manis itu terlebih dahulu dan langsung menelannya tanpa dipikir terlebih dahulu. Karena itu adalah kebiasaan anak-anak, berarti kita yang seperti itu memiliki pikiran seperti anak-anak. Nggak berpikir terlebih dahulu apa dampak baik dan buruknya.
Kita mungkin tidak merasakan dampaknya sekarang. Tapi mungkin nanti disaat kita tua seiring kita terus menikmatinya. Dan itu akan menimbulkan penyesalan yang luar biasa menyakitkan.
Dampak buruk dari permen manis tidak dirasakan sekarang, tetapi mungkin besok atau saat kita tua nanti jika kita terus menikmatinya. Penyakit itu seperti kerusakan pada gigi atau bahkan diabetes. Sama lagi seperti permen manis, nasehat dengan tujuan buruk pun juga seperti itu. Kita mungkin tidak merasakan dampaknya sekarang. Tapi mungkin nanti disaat kita tua seiring kita terus menikmatinya. Dan itu akan menimbulkan penyesalan yang luar biasa menyakitkan.
Tapi lebih baik kita hidup sehat dan menghindari makan makanan yang manis. Jadi kita tidak perlu lagi minum obat pahit | lebih baik kita terus berbuat baik dengan menghindari nasehat yang buruk dan selalu membaca buku/artikel motivasi. Sehingga kita dapat mengurangi mendapatkan nasehat yang terdengar menyakitkan tapi sangat bagus untuk perkembangan kita.
usahakan supaya kita tidak terlalu sering mendapatkan nasehat. Karena mental kita akan kebal menghadapinya dan kita akan terus pede menjadi pribadi yang buruk.
Usahakan supaya kita tidak sampai terlalu sering minum obat. Karena penyakitnya akan kebal terhadap obat itu | usahakan supaya kita tidak terlalu sering mendapatkan nasehat. Karena mental kita akan kebal menghadapinya dan kita akan terus pede menjadi pribadi yang buruk.
Mungkin itulah persamaan obat dan permen dengan nasehat baik dan buruk. Ada tambahan? Silakan berbagi melalui komentar dibawah ini.
No comments:
Post a Comment